im ordinary

im ordinary

Senin, 08 November 2010

3 Oktober 2010 - 8 Noverber 2010




Assalamu'alaikum

Saya ingin langsung menyambung postingan sebelumnya.
Saya baru bisa menggunakan internet setelah sebulan lebih di Austria. YA, sekarang saya sudah di Austria, tepatnya di kota Langenzersdof (30 Menit dari ibu kota Wina), lagi sebagai Au-pairmädchen di keluarga asli Austria.

Saya terbang tanggal 3 Oktober 2010 pukul 00.40 dengan maskapai penerbangan Emirates. Ada sedikit scene yang membuat saya geli. Waktu di rumah ayah saya menimbang koper hanya lebih 1,7 kg (dengan timbangan manual), saat itu ayah saya tidak menghawatirkan hal itu karena kalaupun harus dibongkar dan harus mengurangi barang bawaan ya silahkan saya pikirnya. Ketika sampai dibandara saya meminta pegawai pembungkus koper dengan pelastik untuk mengukur koper saya sebelum dibungkus, ternyata beratnya berubah (dengan timbangan di bandara) menjadi 33,7. Saat itu saya ragu apakah harus dibungkus ataau tidak, karena saya yakin walaupun dibungkus dengan pelastik, pasti berat akan bertambah, dan benar saja berat bertambah menjadi 35 sekian. Lama mengantri untuk "check in" akhirnya tiba giliran saya, ketika koper ditimbang pegawainya bilang "beratnya lebih 10 kg", saya langsung bengong dan mulai dagdigdug, kok bisa seberat itu. Karena saya mendapat masalah, saya dioper ke pegawai maskapai Emirates-nya. Dengan alasan saya datang ke Austria bukan untuk liburan dan akan tinggal lama di sana, juga mohon dipertimbangkan berat badan saya yang hanya 41 kg (sambil menunjuk bule barat yang sayaa yakin beratnya dua kali lipat saya), selain itu juga saya minta ditimbang ulang di timbangan lain, dan ternyata benar berat koper saya hanya 35,2 kg. Saat itu juga saya sadar "INI INDONESIA", saya dipermainkan dengan ditambah berat koper saya. Negosiasi terus saya lakukan. Akhirnya pegawai tersebut bilang "ok saya bisa bantu, tp saya tunggu anda di pintu gate". Masih bingung apa maksudnya akhirnya saya keluar ruang check in menemui keluarga yang juga tampak cemas. Saya memohon pertolongan ALLAH. ALLAH memberinya. Ayah saya mendekati 3 orang pemuda yang juga akan terbang ke Arab Saudi dengan pesawat saya. Dia ceritakan semua, dan 3 pemuda tersebut akhirnya mau menolong saya (juga membawakan ransel). Tiba saya harus meninggalkan tanah air, saya hanya bisa bilang "JANGAN NANGIS" ke ibu saya dan meminta doanya, juga ke yang lainnya yang ikut mengantar saya ke bandara. Kakipun melangkah didepan 3 pemuda tersebut. Ketika mendekati pintu gate, pegawai tadi mendekati saya. Saya sudah curiga dia akan meminta sebagian uang untuk melancarkan semuanya, dengan cepat salah satu pemuda yang saya kenal mendekati kami dan bilang "ada apa mas? bawaan ke kabin kan seberapa aja terserah, ga diitung berat". Pegawia itu langsung menangkis "Ini urusan saya sama dia, bukan urusan barang bagasi". Saya menunggu apa yaang akan pegawai itu katakan, akankah dia minta "uang". Si pegawai clingak-clinguk, dan akhirnya bilang "ya udah sana". Karena saya tidak puas akhirnya saya tanya lagi "jadi sudah selesai kan urusan ini", si pegawai hanya mengangguk. HUFFFFFF

------------------------------------------------------------------------------------

Perjalanan hampir memakan waktu 18 jam dengan waktu transit 4 jam di Dubai, 3 pemuda tadi menemani beberapa menit, dan akhirnya kami berpisah tanpa bilang "selamat jalan", karena mereka hanya pamit mau cari sarapan, dan tidak kembali lagi :D tetapi kita tetap kontak di Facebook. Terima kasih Mas Agus dan kawan-kawan. :)

Lanjutlah saya terbang ke Austria. Dagdigdug semakin kencang di dada ini, karena saya sudah mendapatkan sinyal jelek degan HF, tetapi saya tetap berharap keadaannya berubah. Sampailah di bandara internasional Vienna. Bertemulah saya dengan Host Mother (HM), juga 2 orang teman saya yang dengan senang hati menyambut saya di bandara, Lea dan Fitri, tapi sayang sekali saya harus langsung ke rumah, dan HM tidak menawarkan tumpangan kepada teman-teman sayam setidaknya tumpangan untuk keluar dari bandara, dan saya sadar BEGINIlah HM saya, dan saya juga sadar SAYA BUKAN DI INDONESIA LAGI.

Perjalanan menuju rumah agak suram, sepi bak kota mati, di dalam mobil kami mengobrol untuk membuat "atmosfer" yang baik. Sampailah saya di rumah dan bertemu dengan HF yang utuh. Ronald, Clemens, Cara dan PRINCESS CELINA. Sambutan yang lumayan baik, makan siang bersama dan mendarat di "pulau kapuk" MELEPAS LELAH hampir 24 jam.

Seminggu pertama saya ditunjukkan bagaimana dan apa saja kerjaan saya. Lagi, saya ditunjukkan bahwa saya mendapatkan HF yang "unfair", pekerjaan ditambah-tambah dari apa yang sudah ditulis di email, dan kalau tanggal merah saya tidak libur, serta überstunde yang tidak dibayar. Tetapi saya masih bisa bertahan dengan itu semua, ternyata kalau dengar dari teman-teman yang lain, saya masih lebih beruntung, tetapi yang susahnya adalah PRINCESS termasuk katagori anak yang berkebutuhan khusus karena lahir prematur, dia akan menjadi "wild" kalau dia "kumat", di sini lah fungsi saya sebagai Au-pair, jadi tidak ada alasan untuk mengeluh, walau selalu mengeluh :)

Sayangnya semakin hari saya semakin menjadi orang asing di rumah ini, bukannya mereasa bagian dari keluarga, dua anaknya yang sudah besar tidak mau berinteraksi dengan saya, setiap pulang sekolah mereka langsung masuk kamar dan asik berinternet ria, jam-jam biasapun tidak pernah mereka mengajak saya bicara atau beraktivitas bersama-sama, belum lagi soal makanan, karena saya harus masak sendiri, dan kultur orang timurnya masih terbawa, saya jadi tidak "enakan" kalau masak dan makan sendiri, sedangkan orang lain hanya tercium wangi masakannya saja, tetapi keadaannya terbalik ketika mereka yang masak atau makan. Saya hanya diam dan nrimo saja, walaupun mereka juga butuh saya, tetapi saya tinggal dengan mereka, saya harus tetap menghormati mereka.

Ada kejadian dua minggu yang lalu yang membuat saya sedih. Saat saya datang ke sini memang saya tidak membawa laptop saya, karena dengan alasan berat dan saya ingin tidak terlalu sering menggunakan internet, sebulan sekali cukup, dan saya pikir saya bisa pinjam dari HF saya. TERNYATA TIDAK BISA. Sedih bercampur sakit hati masuk ke diri saya, sebegitu pelitnya kah mereka, padahal saya ingin tau keadaan negara saya yang sedang diberi cobaan dan musibah. Astagfiirullah. Semoga mereka masih punya hati. Saya tetap terus mencoba baik terhadap mereka, karena orang menilai saya sebagai orang muslim, tidak akan pernah saya mencoreng nama keselamatan "islam". BISMILLAH.
Akhirnya tanggal 3 November 2010 sampailah laptop saya yang dikirim ayaah saya dengan ongkos kirim Rp. 1,6 juta dan HM kaget tidak percaya, "JA DU MUSST DAS WISSEN, MEIN VATER WIRD FÜR MICH ALLES TUN". Mulai hari itu saya bisa menggunakan internet lagi, dan waktu free saya habiskan di depan laptop ini (saya mulai kerja jam 10-11 pagi dan 4 sore - 7 malam. Belum lagi kursus yang baru mulai Januari dan belum mendapatkan satu temanpun di kota Langenzersdorf ini.

Saya terus bertahan, masih ada 10 bulan lagi, karena kedatangan saya telat sebulan. Tidak mau pindah HF, semoga.

Sebelum tanggal 3 Oktober 2010





Assalamu'alaikum


Ketika saya pulang dari Jerman pada bulan tanggal 26 Agustus 2008, saya sudah berniat untuk kembali lagi ke benua eropa, di negara manapun saya akan tinggal, untuk terus memperkaya pengalaman, ilmu dan tentu saja memperkaya diri dengan menyambung tali silaturahmi. Dan sampailah pada keberangkatan saya ke Austria pada tanggal 3 Oktober 2010.

Dari tanggal 26 Agustus 2008 saya harus cepat-cepat menyelesaikan studi di program Sastra Jerman (Universitas Padjadjaran Unpad, berbagai perasaan dan kondisi saya lalui di Jatinangor sebagai mahasiswa tingkat akhir, yang tiga kali harus mengundur waktu kelulusan hanya karena waktu bimbingan yang sangat lambat, bukan dari pihak saya tapi dari pihak dosem pembimbing kedua, tiga kali pula saya meminta maaf kepada orang tua karena keterlambatan tersebut. Alhamdulillah saya akhirnya lulus pada bulan Juli bersama 12 teman lainnya dengan gelar "sarjana Sastra" (S.S).

Dua minggu sebelum sidang, ada host family (HF) di Austria yang ingin menerima saya sebagai Aupair mereka, alhasil konsentrasi ke sidang pecah, karena HF ini ingin semuanya cepat diurus sedangkan waktunya sangat mepet. Alhamdulillah sidang berjalan dengan lancar walaupun ada rintangan kecil, dan dengan rasa syukur kepada ALLAH saya memberi kabar kepada orang tua di kampung halaman (Lampung) bahwa saya telah lulus dengan nilai sidang "A", walaupun tidak dengan "cumlaude" hanya mendapatkan IPK akhir 3,41.

Setelah sidang selesai saya cepat-cepat kembali ke Lampung untuk mengurus data-data yang diperlukan untuk mengajukan visa. Benar-benar sangat kebut dan melelahkan, karena harus PP Bandung-Jakarta-Lampung-Bandung-Lampung-Jakarta, tetapi semua itu saya jalani dengan senang karena keluarga sangat mendukung, walaupun setelah lulus langsung pergi meninggalkan tanah air, ini yang bagi ibu saya sangat berat.

Setengah perjalanan sudah, tiba-tiba HF tertarik dengan pelamar Aupair yang lain, saat itu juga saya "down" dan merasa bahwa HF ini kurang baik. Tetapi saya bersabar dan akhirnya seminggu berlalu dan HF kembali menghubungi saya, dan "deal".

Dari awal saya ingin semuanya lancar, dan ingin mengurus semuanya sendiri, karena saya yakin kalau saya urus sendiri pasti ada pengalaman yang bisa saya dapat, tetapi sungguh disayangkan, lagi karena waktu mepet, DAN memang Indonesia masih dipenuhi dengan "orang-orang" yang tidak bertanggungjawan (mungkin termasuk saya), maka saya menyerah dan "bermain duit" dengan calo. Misalnya ketika saya menghubungi penerjemah bahasa Jerman tersumpah "Bpk.A", beliau bilang "maaf saya sedang liburan, minggu depan baru kembali, coba hubungi penerjemah yang lain". Setiap penerjemah saya hubungi tetapi tidak mendapatkan hasil. Akhirnya saya menggunakan "jasa" calo. Ketika semua sudah selesai ditangani dengan calo dalam waktu 4 hari (termasuk legalisir di kantor Hukum dan Ham, dan kantor Kementrian LN), saya merasa dibodohi, bahwa dokumen saya tetapi dilegalisir oleh "Bpk.A". KENAPA????? Akhirnya saya sadar, saya di tanah air yang sedang "KACAU".

Belum lagi urusan di Kedubes Austria yang membuat para pembuat visa bingung, karena tidak adanya kejelasan kapan visa keluar, sedangkan untuk membuat visa dibutuhkan bukti booking-an tiket pesawat, ini namanya administrasi yang "keblinger".

Setiap langkah terlewatkan, nampaklah "wajah" Indonesia yang didandani oleh warga negaranya, dan sebentar lagi saya akan meninggalkannya, jadi saya hanya bisa tersenyum miris.

sekian untuk blog kali ini.


P.S : "BANGKIT INDONESIA"!!!!

LANGKAH-LANGKAH PENGAJUAN VISA AUPAIR KE AUSTRIA

SILAHKAN SEARCH LINK INI

http://gadispuma.multiply.com/journal/item/11/langkah-langkah_pengajuan_visa_aupair_ke_austria

Senin, 30 Agustus 2010

Semakin tua

Aku baru diwisuda
selesailah dinas di Jatinangor tercinta
saat mengepak barang-barang di kamar kosan
senyumku sedih bercampur senang
lalu aku ingat, aku semakin tua

Langkah kaki disekitar kosan
lagi, membuatku tersenyum sedih bercampur senang
ingat lagi beberapa bulan yang tertinggal
disekitar kosan suaraku terkenal
suara memanggil para sahabat dan teman
atau sekedar bernyanyi kecil ditaman
aku sadar, aku semakin tua
mereka juga
semua sudah berpencar
aku? masih di sini tidak dengan ketenangan
sebenarnya tak mengijinkan benak bertanya
"mau kemana sekarang?"

Aku tak ingin kemana-mana
aku ingin di sini selalu bersama
Aku ingin semakin menua
tapi tua bersama mereka
kedekatan, keceriaan dan kebersamaan
semua kini jadi kenangan

Ohh aku semakin tua,
hati ini rasanya kosong tak bertuan
ruang yang dulu terisi kini ternganga
bertanya, bisakah semuanya terulang seperti semula?????

Rasanya aku berdua dengan pilu
seperti harus mengulang perkenalan dengan beberapa orang baru
yang akupun tak tau
baikkah mereka untukku
"mereka harus baik untukku" bersit lubukku
kalau tidak, aku menua dengan senyum palsu, semakin pilu

Ohh, kenangan masa muda
Buatlah senyum sedih bercampur senang ini tanpak diwajah tua
di hari tua
di kata-kata bijak orang yang tua
di hidup yang menua

Aku,
semakin tua






Wisma INKUD Sayang-Jatinangor, Senin 30 Agustus 2010



dedicated : orang-orang yang ku kenal sepanjang masa perkuliahan di Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor

Minggu, 29 Agustus 2010

HAROON NIAZI. DAMN IT !!!!!!!!
ICH HASSE MICH WEIL ICH DICH KENNE!!!!!
KOMM ZURÜCK, ICH WILL DASS WIR UNSER VERSPRECHEN ABSAGEN MÜSSEN!!!!!
DAS REICHT!!!!!!!!

Minggu, 18 Juli 2010

BROKEN HEART

people say : women's words are difficult to understand, but why i met a man like that???

Mau melamar? bilang saja terus terang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Urusan diterima apa tidak harus berbesar hati menerimanya, IT'S A MAN!!!!!!!!!!!!!!!

really i dont understand yet bout ur thinking. is not ur fault n also not mine.
JUST GOD knows.



but, lemme say "TODAY U BROKE MY HEART INTO PICES"

Rabu, 14 Juli 2010

syarat-syarat atau langkah-langkah pengajuan ijin tinggal dan visa Au-Pair ke Austria

Salam,

Bagi siapa saja yang butuh informasi tentang syarat-syarat atau langkah-langkah pengajuan ijin tinggal dan visa Au-Pair ke Austria atau Österreich, silahkan hubungi saya di Livanamemori@yahoo.com

LG
Livana

Kamis, 27 Mei 2010

"penyerahan diri yang ikhlas dan total"


Assalamu'alaikum...

beberapa bulan ini hadir teman lama tapi baru bagiku sebenarnya,
ilmu tentang agamanya lebih baik dariku,
sedikit malu, tapi merasa bersyukur, karena aku bisa mencari sesuatu yang "baik" dari dirinya.
Beberapa teman baru yang jauh dariku juga menggugah "penyerahan" diriku terhadap yang menciptakan ku, ya aku memang mengakui, bahwa aku diciptakan,..Ada beberapa dari mereka mu'alaf. Subhanallah, aku semakin malu, semakin tahu betapa "cetek"nya ilmu agamaku...
pertanyaanya, memang aku harus berilmu?
aku jawab "YA, Harus"
Bagaimana aku bisa tahu bahwa ada sang pencipta?
Bagaimana aku tahu hidupku ini ada yang mengatur? karena aku tak bisa mengaturnya sekehendakku
Bagaimana aku tahu kehidupan mendatang seperti apa?

simplenya, bagaimana aku bisa tahu sesuatu kalau aku tidak punya ilmunya?

Beberapa mu'alaf yang aku kenal baik secara langsung maupun tidak, insya ALLAH benar-benar menyerahkan diri kepada penciptanya secara tolal, hal itu menampar aku keras-keras. Bagaimana tidak, sejak lahir aku sudah islam, tapi ilmuku tidak ada setengahnya dari para mu'alaf2 itu yang baru beberapa tahun menganal ALLAH dan menikmati indahnya islam. Suatu kali aku ingin dilahirkan saja sebagai seorang nonmuslim, dan biarkan pencipta memberikan pergolakan serta berjuta2 tanda tanya tentang "siapa aku?",,, asal pencipta memberi aku kesempatan untuk mencari jawaban itu, mungkin aku akan melalukan hal yang sama seperti para mu'alaf itu, melakukan penyerahan diri yang ikhlas dan total.
Tapi pada kenyataannya aku terlahir sebagai seorang muslim, yang sejak lahir sudah kenal mengaji, berdoa, shalat, puasa dll...tapi aku tak punya jawaban mendasar, mengapa aku melakukan hal itu semua...astagfirullah...inilah mengapa penyerahan diriku trhadap pencipta tidak total.

“Barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya dia mengubah-nya dgn tangannya jika tidak mampu maka dgn lisannya dan apabila tidak mampu juga maka dgn hatinya yg demikian itu adl selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)
DAN, jika aku berada dalam posisi itu, tindakan yang hampir selalu aku ambil adalah "dengan hati", tau apa artinya, bahwa aku mengakui iman ini masih sangat lemah, astagfirullah...

Ada hal yang lain yang membuat aku heran juga sedih.
banyak sekali di dunia ini manusia-manusia pintar, tetapi pada bagian penyerahan diri mereka sangat tidak pintar, bagiku orang yang pintar seharusnya bisa menjawab, mengapa mereka bisa pintar sedangkan orang lain tidak, maka seharusnya mereka sadar bahwa kepintaran mereka itu telah diberikan kepada yang mampu menciptakan kepintaran itu sendiri, namun sayang mereka keburu salah paham, bahwa kepintaran mereka ada karena mereka sendiri, lalu mereka menuhankan kepintaran mereka, menuhankan ilmu mereka naudzubillah...

Sejujurnya, aku ingin diri yang lebih baik, juga buat semua, tentu saja yang lebih baik di mata sang pencipta, belum kini, aku sedang meraba, semoga sejalannya usia ini aku tersadarkan di suatu masa bahwa aku sedang menyerahkan diri yang insya ALLAH ikhlas dan total, semoga...



PS : "Sadarkan, bahwa kita miliknya, maka ikutilah perintahnya,..saat itu mungkin tidak akan ada lagi perang di dunia ini, wallahu'alam..."

wassalam
Livana

Kamis, 25 Februari 2010

ISHQ


suatu kali, keputusan tentang menerima cinta yang diberikan dari seseorang nun jauh di negeri yang tampaknya hanya antara islam dan hindu perbedaannya sangat mencolok, merayu lubuk hatiku...tetapi hati yang sedikit ingin lebih dewasa ini tidak mengizinkan untuk bilang "ya"atau "tidak", dia hanya berbisik lembut kepada si empunya "kita nilai saja dulu, apa pemberiannya tulus atau tidak, bagaimana?" si empunya setuju. maka entah sudah berapa bulan hari-hari dilewati dengan menunggu sapaannya. si empunya labil, tapi hati tetap menjadi penilai cinta yang setia. Dan, suatu malam, malam dimana lapar mengganggu obrolan aku dan si pemberi cinta, aku merasa jatuh dari cinta, bukaannn, bukan jatuh cinta, tapi, jatuh dari cinta, sakiiiiiiittttt :(

lho, mengapa sakit ini harus ditanggung oleh hati???? hati menjadi sangat gelisah, hati ingin menangis, hati merasa terdesak, hati akhirnya merasa pecah, tapi ooohhhh apa yang terjadi dengan si empunya??? mengapa hanya ada senyum??? mengapa tidak ada air mata??? jadi siapa yang menjadi lebih dewasa??? hati atau si empunya??? bagaimana dengan si pemberi cinta??? AAAAAAAAARRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

ternyata selama ini, selama si pemberi cinta dikenal dengan sebutan "chub", hati diam2 mulai merasa aneh, aneh terhadap penilaiannya sendiri, menilai bahwa memang seharusnya si empunya menerima cinta itu, ohhh hati, maaf aku tak tahu apa perasaanmu yang jujur...........
ok, aku berjanji rasa sakit ini pasti akan berlalu, seperti yang dulu-dulu, yang menjawab adalah waktu....

dan hari ini, hati tidak merasa terdesak lagi, dia sudah bebas lagi, ahh hati, kau membuatku khawatir saja....suatu hari nanti, kau akan kuamanatkan untuk menyimpan baik-baik cintaku yang halal, ISHQ

mari bahagia seperti ini hatiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
hati berbisik "sudahkah aku dewasa?:)"

Rabu, 17 Februari 2010

Selasa, 16 Februari 2010

sahabat pena : Brieffreundin (surat terakhir)

HALLO MAYA

ich bins Livana, deine Brieffreundin, ich hab dir ein Brief von Indonesia vor ca. 3 Jahren geschickt. erinnerst du mich noch???
ja, ich weiss, es war schon lange her, aber ich denke noch an dich, und hoffe etwas von dir zu hören.
weisst du, im Jahr 07-08 war ich in Dtl. aber schade hab ich nicht dein Adresse mitgenommen. wie ich dir im Brief erzählt habe, dass ich
ein Aupair-Mädchen machen würde. ich wollte gern dich sehen, meine Gastfamilie mochte auch mich zu dir fahren, weil ich in der Nähe von Hamburg blieb, also
in Lauenburg an der Elbe, aber ich war doof, hab nichts deine Adresse auswendig gewusst.
ich bin jetzt in Indonesia, ich bitte um die Hilfe meiner Freundin, um ein Brief dir zu schicken. sie ist jetzt in Dtl, und macht
auch Aupair. Ich kann nicht dir ein Brief von Indonesia schicken, er wäre so teuer sein, 5 mal teuer als von Dtl hehee.
Ich mach grade mein Bachelorarbeit, Maya. hoffentlich kann ich mein Studium an der Uni am Februar beschliessen. Dann hab ein Plan
nach Österreicht wieder ein Aupair zu werden. hoffentlich klappt alles, dann würde gern dir in Europa treffen.
so, was ist los bei dir nach 3 Jahren??? arbeitst du schon? wie gehts deine Familie, die Oma, der Opa, dein Vater, deine Mutter, deine Brüder,
deine Bestefreundin Annika, und der kleine Mäuschen, NIKLAS?????
liebe Grusse von mir an deine ganze Familie und Annika.
Maya, ich finde es ist besser wenn wir per Email Kontak haben. Ich hab auch ein Profil in Facebook und wer-kennt-wen, schau mal in kigamemori@yahoo.com.
aber meine Emailadresse ist Livanamemori@yahoo.com

Maya, hoffentlich kann ich noch Freundschaft mit dir haben.
ich freue mich sehr auf deine baldige Antwort

alles Liebe von Indonesia
Livana



(surat ini saya kirim kira-kira akhir bulan November melalui teman yang sudah berada di Jerman, yaitu Syanti, supaya lebih murah dan lebih cepat sampai, tetapi sampai sekaranya saya tidak mendapatkan kabar apa-apa darinya...ohh maya dimana kamu????)

Rabu, 10 Februari 2010

Menikah membuatku kaya



Aku baru kembali dari kampung halaman, kembali merantau, ini ada sedikit oleh2 dari kampung.

Dua orang sepupuku, satu bernama Prima (nama disamarkan) kakak sepupu dari pihak ayahku, yang kupanggil “kiyai” menikah dengan seorang wanita cantik berjilbab pada bulan oktober 2009, dan yang satu lagi bernama Dina (nama disamarkan) adik sepupu dari pihak ibuku, menikah dengan seorang laki-laki pendiam pada bulan desember 2010. Keduanya sangat akrab denganku, terutama kiyai Prima, dia sudah ku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Awalnya ketika kiyai mau menikah aku merasa sedih dan cemburu, karena selama proses itu dia “hilang”, seolah2 tidak butuh pendapatku lagi, seolah2 aku tidak berhak mengetahui siapa calonnya. Semenjak itu aku seperti tidak ikhlas kalau dia akan menikah, aku selalu menyebut hal ini “sayap kananku patah”. tiba2 saja aku dengar berita pernikahan itu sudah diputuskan bulan oktober 2009, aku tersenyum meringis, kenapa aku tidak mendengarnya langsung dari kiyai? Tidakkah dia menganggap ini hal yang penting yang harus aku dengar dari mulutnya langsung? Dua kali aku kecewa. Ketika waktunya tiba rasanya aku tidak mau pulang ke kampung halaman untuk menghadiri pernikahan itu. Tapi ibu terus berharap aku bisa pulang, akhirnya akupun pulang, dan membuang jauh2 rasa kecewa dan tidak ikhlas itu. Benar saja, karena aku tidak diprkenalkan dengan calonnya, ketika berhadapan aku merasa canggung, tidak tau harus menyebutnya apa, bahkan aku tidak tau namanya. Betapa hancur hati ini, aku tidak mengetahui apapun tentang bidadari yang akan mendampingi kiyaiku. Beberapa bulan sudah berlalu, ketika aku kembali lagi kekampung halaman dan bertemu lagi dengan istri kiyaiku, tidak sama sekali kami bicara seperti saudara, atau anggap saja aku juga adiknya, aku hanya menyalami tangannya, saat itu yang aku pikirkan bahan omongan apa yang tepat agar aku bisa berbincang2 dengannya. Masih memikirkan bahan omongan, aku memperhatikan hal yang perlahan-lahan membuat kekecewaanku pudar. Dia tidak meleps jilbabnya didalam rumah, pakaiannya sederhana dan sangat tertutup rapih, aku senang melihatnya. Dan lebih terkejut lagi dan membuat kekecewaanku akan pernikahan ini hilang adalah saat aku melihat kiyai menunaikan shalat, subhanallah…hal yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ku lihat. Dia menengadahkan tangannya setelah shalat, hatiku berdegub kencang saat itu. Alhamdulillah, aku yakin ALLAH mengirimkan bidadari yang tepat untuk kiyai, aku yakin istrinyalah yang membimbingnya. Ketika aku kembali lagi ke perantauan, sudah kuikhlaskan pernikahan itu, dan merasa berterima kasih dengan istri kiyaiku. Thanks sista.

Kasus yang sama juga dialami Dina, alhamdulillah, kini di dalam perutnya ada calon bayi yang akan menambah suasana ramai rumah Dina. Bertahun-tahun pula aku tidak melihat Dina mengambil wudhu lalu shalat. Hal ini begitu indah, pernikahan membuatnya harus meminta dan berdoa kepada ALLAH untuk meminta perlindungan dan kebahagiaan. Sore itu aku shalat disebelahnya, gerakan shalatnya perlahan tapi pasti, tidak terlihat seperti orang yang sudah bertahun-tahun tidak shalat.

Ya, aku mengikhlaskan pernikahan kalian, pernikahan yang membawa berkah, pernikahan yang membuat kalian kaya, terutama kaya iman. Semoga kebahagiaan dan kemurahan rezeki dari ALLAH SWT terlimpah atas rumah tangga kalian.

Dan aku berharap, semua saudara-saudaraku yang tidak menganggap shalat adalah kewajiban, bahwa shalat juga menenangkan hati kita, sehingga membuat kita saling menyayangi satu sama lain, suatu saat akan ikhlas mengambil wudhu lalu menunaikan shalat, hanya kepada ALLAH Azza wajala.

Amin ya Rabbal’alamin

Sabtu, 16 Januari 2010

tulisan pertama tak usah basa basi


Di Indonesia kita kenal "basa-basi". Sangat penting untuk diterapkan. Aku sering berbasa-basi dengan orang-orang yang lewat di depan rumahku. "Tante, mampir dulu..." atau "Dari mana bu? ga mampir dulu?". Tujuan sebenarnya adalah supaya aku tidak dianggap sombong, maklum anak rantauan, takut dibilang "cetakan" anak rantauan, jadi sombong. Sebenarnya, tidak tepat juga dibilang sombong, karena selama hampir 6 tahun merantau tentu saja ada tetangga baru yang datang, jadi tidak bisa dbilang sombong dengan orang yang lewat di depan rumah sambil senyum-senyum, tapi kalau dengan orang yang jelas-jelas sudah dikenal rawan untuk berbasa-basi, karena bisa jadi mereka benar-benar mampir, ngobrol berjam-jam, DAN tidak bisa menyuruh mereka pergi walau dengan cara yang halus. Jadi kalau mau berbasa-basi lihat siapa orangnya dan bagaimana kondisinya.

Suatu hari, saat masih di Jerman, saya pernah berbasa-basi dengan seorang ibu asal Turki. Dia mempunyai 6 orang anak, 5 laki-laki dan 1 perempuan bernama Ilkur. Saya bilang begini (dalam bahasa Indonesia). "Tante, kalau tante repot, Ilknur suruh aja main ke rumahku". Maksudnya supaya aku bisa ada obrolan dengan ibu tersebut. Beberapa hari kemudian, ibu angkatku di Jerman memanggilku dari lantai dasar (kamarku di lantai tiga). Ketika aku turun, di sana sudah ada Ilknur, anak ibu tadi. Aku langsung tanya dia mau apa, dia bilang "Livana, ayo kita main boneka-bonekaan!". Saya langsung tersenyum masam. Karena basa-basi saya terhadap ibunya benar-benar jadi basi, asem!!! Dari sana Ilknur sering main ke rumah. Suatu hari aku sedang sangat tidak berhasrat melakukan apapun, tiba-tiba ingat Ilknur. Langsung aku telphon ke rumahnya, dan menyuruhnya datang ke rumah. Beberapa menit kemudian dia sudah datang. Ilknur mau melakukan apapun yang aku suruh (tapi saya tidak pernah menyuruh hal-hal yang aneh ya!!!). Dari mengaji sampai pose saat di foto. Lama-kelamaan kami jadi akrab, tiada hari tanpa bermain dengan Ilknur. Dan aku sudah sangat sayang dengan Ilknur, tapi dia tetap anak kecil, ada hal-hal yang sering membuat aku marah terhadapnya.

Ada sesuatu yang membuat aku dan Ilknur tidak bisa menggapai tangan satu sama lain. Ibunya dan ibu angkatku bersitegang. Mereka saling menjelek-jelekkan satu sama lain, saling tidak tegur sapa, saling membuang pandangan (seperti anak kecil saja, Ilknur saja tidak seperti itu). Walaupun Ilknur masih berumur 6 tahun, tapi dia tahu kondisi yang tidak baik ini, dan sebagai anak dia ikut kata ibunya. Entah apa yang dibilang ibunya, tapi Ilknur tidak pernah datang lagi ke rumah. Pernah suatu siang di hari minggu, aku bertemu Ilknur di pusat kota, dia hanya tersenyum padaku, tidak ada sepatah katapun dari mulutnya, lalu aku tanya dia "kok ga pernah datang ke rumah?", tidak ada balasan, dia hanya tersenyum, senyum sedih Ilknur...

Masalah orang dewasa harusnya cepat bisa selesai, tapi ternyata masalah ibunya Ilknur dengan ibu angkatku tidak, sampai-sampai mertua ibu angkatku ikut turun tangan menyelesaikan masalah itu, dengan cara menyuruh keluarga besar Ilknur datang kerumah dia saat ibu angkatku dan aku serta yang lainnya datang berkunjung ke sana. Betapa seperti ayam sakit ibu angkatku dan ibunya Ilknur, yang lain tertawa, sibuk makan, mereka berdua malah diam saja. Tetapi memang orang dewasa harus tahu malu, lama-lama malu dengan situasi seperti itu akhirnya mereka mau juga mencair, dan bersalaman. Aku paham rawut wajah ibu angkatku, walaupun tersenyum tetapi hatinya masih beku. Lain dengan anak kecil, hati Ilknur berbunga-bunga melihat pertemuan tangan ibunya dan tangan ibu angkatku. Tentu saja aku bahagia, Ilknur telah kembali.

Basa-basi.
Basa-basi versi kamu???
Basa-basiku dengan ibunya Ilknur adalah basa-basi yang awalnya paling basi yang pernah aku alami, tapi, akhirnya jadi paling termanis dalam hidup ini.

Keputusan akhirnya, mari berbasa-basi :D ^^