im ordinary

im ordinary

Senin, 08 November 2010

Sebelum tanggal 3 Oktober 2010





Assalamu'alaikum


Ketika saya pulang dari Jerman pada bulan tanggal 26 Agustus 2008, saya sudah berniat untuk kembali lagi ke benua eropa, di negara manapun saya akan tinggal, untuk terus memperkaya pengalaman, ilmu dan tentu saja memperkaya diri dengan menyambung tali silaturahmi. Dan sampailah pada keberangkatan saya ke Austria pada tanggal 3 Oktober 2010.

Dari tanggal 26 Agustus 2008 saya harus cepat-cepat menyelesaikan studi di program Sastra Jerman (Universitas Padjadjaran Unpad, berbagai perasaan dan kondisi saya lalui di Jatinangor sebagai mahasiswa tingkat akhir, yang tiga kali harus mengundur waktu kelulusan hanya karena waktu bimbingan yang sangat lambat, bukan dari pihak saya tapi dari pihak dosem pembimbing kedua, tiga kali pula saya meminta maaf kepada orang tua karena keterlambatan tersebut. Alhamdulillah saya akhirnya lulus pada bulan Juli bersama 12 teman lainnya dengan gelar "sarjana Sastra" (S.S).

Dua minggu sebelum sidang, ada host family (HF) di Austria yang ingin menerima saya sebagai Aupair mereka, alhasil konsentrasi ke sidang pecah, karena HF ini ingin semuanya cepat diurus sedangkan waktunya sangat mepet. Alhamdulillah sidang berjalan dengan lancar walaupun ada rintangan kecil, dan dengan rasa syukur kepada ALLAH saya memberi kabar kepada orang tua di kampung halaman (Lampung) bahwa saya telah lulus dengan nilai sidang "A", walaupun tidak dengan "cumlaude" hanya mendapatkan IPK akhir 3,41.

Setelah sidang selesai saya cepat-cepat kembali ke Lampung untuk mengurus data-data yang diperlukan untuk mengajukan visa. Benar-benar sangat kebut dan melelahkan, karena harus PP Bandung-Jakarta-Lampung-Bandung-Lampung-Jakarta, tetapi semua itu saya jalani dengan senang karena keluarga sangat mendukung, walaupun setelah lulus langsung pergi meninggalkan tanah air, ini yang bagi ibu saya sangat berat.

Setengah perjalanan sudah, tiba-tiba HF tertarik dengan pelamar Aupair yang lain, saat itu juga saya "down" dan merasa bahwa HF ini kurang baik. Tetapi saya bersabar dan akhirnya seminggu berlalu dan HF kembali menghubungi saya, dan "deal".

Dari awal saya ingin semuanya lancar, dan ingin mengurus semuanya sendiri, karena saya yakin kalau saya urus sendiri pasti ada pengalaman yang bisa saya dapat, tetapi sungguh disayangkan, lagi karena waktu mepet, DAN memang Indonesia masih dipenuhi dengan "orang-orang" yang tidak bertanggungjawan (mungkin termasuk saya), maka saya menyerah dan "bermain duit" dengan calo. Misalnya ketika saya menghubungi penerjemah bahasa Jerman tersumpah "Bpk.A", beliau bilang "maaf saya sedang liburan, minggu depan baru kembali, coba hubungi penerjemah yang lain". Setiap penerjemah saya hubungi tetapi tidak mendapatkan hasil. Akhirnya saya menggunakan "jasa" calo. Ketika semua sudah selesai ditangani dengan calo dalam waktu 4 hari (termasuk legalisir di kantor Hukum dan Ham, dan kantor Kementrian LN), saya merasa dibodohi, bahwa dokumen saya tetapi dilegalisir oleh "Bpk.A". KENAPA????? Akhirnya saya sadar, saya di tanah air yang sedang "KACAU".

Belum lagi urusan di Kedubes Austria yang membuat para pembuat visa bingung, karena tidak adanya kejelasan kapan visa keluar, sedangkan untuk membuat visa dibutuhkan bukti booking-an tiket pesawat, ini namanya administrasi yang "keblinger".

Setiap langkah terlewatkan, nampaklah "wajah" Indonesia yang didandani oleh warga negaranya, dan sebentar lagi saya akan meninggalkannya, jadi saya hanya bisa tersenyum miris.

sekian untuk blog kali ini.


P.S : "BANGKIT INDONESIA"!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar