im ordinary

im ordinary

Sabtu, 16 Januari 2010

tulisan pertama tak usah basa basi


Di Indonesia kita kenal "basa-basi". Sangat penting untuk diterapkan. Aku sering berbasa-basi dengan orang-orang yang lewat di depan rumahku. "Tante, mampir dulu..." atau "Dari mana bu? ga mampir dulu?". Tujuan sebenarnya adalah supaya aku tidak dianggap sombong, maklum anak rantauan, takut dibilang "cetakan" anak rantauan, jadi sombong. Sebenarnya, tidak tepat juga dibilang sombong, karena selama hampir 6 tahun merantau tentu saja ada tetangga baru yang datang, jadi tidak bisa dbilang sombong dengan orang yang lewat di depan rumah sambil senyum-senyum, tapi kalau dengan orang yang jelas-jelas sudah dikenal rawan untuk berbasa-basi, karena bisa jadi mereka benar-benar mampir, ngobrol berjam-jam, DAN tidak bisa menyuruh mereka pergi walau dengan cara yang halus. Jadi kalau mau berbasa-basi lihat siapa orangnya dan bagaimana kondisinya.

Suatu hari, saat masih di Jerman, saya pernah berbasa-basi dengan seorang ibu asal Turki. Dia mempunyai 6 orang anak, 5 laki-laki dan 1 perempuan bernama Ilkur. Saya bilang begini (dalam bahasa Indonesia). "Tante, kalau tante repot, Ilknur suruh aja main ke rumahku". Maksudnya supaya aku bisa ada obrolan dengan ibu tersebut. Beberapa hari kemudian, ibu angkatku di Jerman memanggilku dari lantai dasar (kamarku di lantai tiga). Ketika aku turun, di sana sudah ada Ilknur, anak ibu tadi. Aku langsung tanya dia mau apa, dia bilang "Livana, ayo kita main boneka-bonekaan!". Saya langsung tersenyum masam. Karena basa-basi saya terhadap ibunya benar-benar jadi basi, asem!!! Dari sana Ilknur sering main ke rumah. Suatu hari aku sedang sangat tidak berhasrat melakukan apapun, tiba-tiba ingat Ilknur. Langsung aku telphon ke rumahnya, dan menyuruhnya datang ke rumah. Beberapa menit kemudian dia sudah datang. Ilknur mau melakukan apapun yang aku suruh (tapi saya tidak pernah menyuruh hal-hal yang aneh ya!!!). Dari mengaji sampai pose saat di foto. Lama-kelamaan kami jadi akrab, tiada hari tanpa bermain dengan Ilknur. Dan aku sudah sangat sayang dengan Ilknur, tapi dia tetap anak kecil, ada hal-hal yang sering membuat aku marah terhadapnya.

Ada sesuatu yang membuat aku dan Ilknur tidak bisa menggapai tangan satu sama lain. Ibunya dan ibu angkatku bersitegang. Mereka saling menjelek-jelekkan satu sama lain, saling tidak tegur sapa, saling membuang pandangan (seperti anak kecil saja, Ilknur saja tidak seperti itu). Walaupun Ilknur masih berumur 6 tahun, tapi dia tahu kondisi yang tidak baik ini, dan sebagai anak dia ikut kata ibunya. Entah apa yang dibilang ibunya, tapi Ilknur tidak pernah datang lagi ke rumah. Pernah suatu siang di hari minggu, aku bertemu Ilknur di pusat kota, dia hanya tersenyum padaku, tidak ada sepatah katapun dari mulutnya, lalu aku tanya dia "kok ga pernah datang ke rumah?", tidak ada balasan, dia hanya tersenyum, senyum sedih Ilknur...

Masalah orang dewasa harusnya cepat bisa selesai, tapi ternyata masalah ibunya Ilknur dengan ibu angkatku tidak, sampai-sampai mertua ibu angkatku ikut turun tangan menyelesaikan masalah itu, dengan cara menyuruh keluarga besar Ilknur datang kerumah dia saat ibu angkatku dan aku serta yang lainnya datang berkunjung ke sana. Betapa seperti ayam sakit ibu angkatku dan ibunya Ilknur, yang lain tertawa, sibuk makan, mereka berdua malah diam saja. Tetapi memang orang dewasa harus tahu malu, lama-lama malu dengan situasi seperti itu akhirnya mereka mau juga mencair, dan bersalaman. Aku paham rawut wajah ibu angkatku, walaupun tersenyum tetapi hatinya masih beku. Lain dengan anak kecil, hati Ilknur berbunga-bunga melihat pertemuan tangan ibunya dan tangan ibu angkatku. Tentu saja aku bahagia, Ilknur telah kembali.

Basa-basi.
Basa-basi versi kamu???
Basa-basiku dengan ibunya Ilknur adalah basa-basi yang awalnya paling basi yang pernah aku alami, tapi, akhirnya jadi paling termanis dalam hidup ini.

Keputusan akhirnya, mari berbasa-basi :D ^^