im ordinary

im ordinary

Senin, 08 November 2010

3 Oktober 2010 - 8 Noverber 2010




Assalamu'alaikum

Saya ingin langsung menyambung postingan sebelumnya.
Saya baru bisa menggunakan internet setelah sebulan lebih di Austria. YA, sekarang saya sudah di Austria, tepatnya di kota Langenzersdof (30 Menit dari ibu kota Wina), lagi sebagai Au-pairmädchen di keluarga asli Austria.

Saya terbang tanggal 3 Oktober 2010 pukul 00.40 dengan maskapai penerbangan Emirates. Ada sedikit scene yang membuat saya geli. Waktu di rumah ayah saya menimbang koper hanya lebih 1,7 kg (dengan timbangan manual), saat itu ayah saya tidak menghawatirkan hal itu karena kalaupun harus dibongkar dan harus mengurangi barang bawaan ya silahkan saya pikirnya. Ketika sampai dibandara saya meminta pegawai pembungkus koper dengan pelastik untuk mengukur koper saya sebelum dibungkus, ternyata beratnya berubah (dengan timbangan di bandara) menjadi 33,7. Saat itu saya ragu apakah harus dibungkus ataau tidak, karena saya yakin walaupun dibungkus dengan pelastik, pasti berat akan bertambah, dan benar saja berat bertambah menjadi 35 sekian. Lama mengantri untuk "check in" akhirnya tiba giliran saya, ketika koper ditimbang pegawainya bilang "beratnya lebih 10 kg", saya langsung bengong dan mulai dagdigdug, kok bisa seberat itu. Karena saya mendapat masalah, saya dioper ke pegawai maskapai Emirates-nya. Dengan alasan saya datang ke Austria bukan untuk liburan dan akan tinggal lama di sana, juga mohon dipertimbangkan berat badan saya yang hanya 41 kg (sambil menunjuk bule barat yang sayaa yakin beratnya dua kali lipat saya), selain itu juga saya minta ditimbang ulang di timbangan lain, dan ternyata benar berat koper saya hanya 35,2 kg. Saat itu juga saya sadar "INI INDONESIA", saya dipermainkan dengan ditambah berat koper saya. Negosiasi terus saya lakukan. Akhirnya pegawai tersebut bilang "ok saya bisa bantu, tp saya tunggu anda di pintu gate". Masih bingung apa maksudnya akhirnya saya keluar ruang check in menemui keluarga yang juga tampak cemas. Saya memohon pertolongan ALLAH. ALLAH memberinya. Ayah saya mendekati 3 orang pemuda yang juga akan terbang ke Arab Saudi dengan pesawat saya. Dia ceritakan semua, dan 3 pemuda tersebut akhirnya mau menolong saya (juga membawakan ransel). Tiba saya harus meninggalkan tanah air, saya hanya bisa bilang "JANGAN NANGIS" ke ibu saya dan meminta doanya, juga ke yang lainnya yang ikut mengantar saya ke bandara. Kakipun melangkah didepan 3 pemuda tersebut. Ketika mendekati pintu gate, pegawai tadi mendekati saya. Saya sudah curiga dia akan meminta sebagian uang untuk melancarkan semuanya, dengan cepat salah satu pemuda yang saya kenal mendekati kami dan bilang "ada apa mas? bawaan ke kabin kan seberapa aja terserah, ga diitung berat". Pegawia itu langsung menangkis "Ini urusan saya sama dia, bukan urusan barang bagasi". Saya menunggu apa yaang akan pegawai itu katakan, akankah dia minta "uang". Si pegawai clingak-clinguk, dan akhirnya bilang "ya udah sana". Karena saya tidak puas akhirnya saya tanya lagi "jadi sudah selesai kan urusan ini", si pegawai hanya mengangguk. HUFFFFFF

------------------------------------------------------------------------------------

Perjalanan hampir memakan waktu 18 jam dengan waktu transit 4 jam di Dubai, 3 pemuda tadi menemani beberapa menit, dan akhirnya kami berpisah tanpa bilang "selamat jalan", karena mereka hanya pamit mau cari sarapan, dan tidak kembali lagi :D tetapi kita tetap kontak di Facebook. Terima kasih Mas Agus dan kawan-kawan. :)

Lanjutlah saya terbang ke Austria. Dagdigdug semakin kencang di dada ini, karena saya sudah mendapatkan sinyal jelek degan HF, tetapi saya tetap berharap keadaannya berubah. Sampailah di bandara internasional Vienna. Bertemulah saya dengan Host Mother (HM), juga 2 orang teman saya yang dengan senang hati menyambut saya di bandara, Lea dan Fitri, tapi sayang sekali saya harus langsung ke rumah, dan HM tidak menawarkan tumpangan kepada teman-teman sayam setidaknya tumpangan untuk keluar dari bandara, dan saya sadar BEGINIlah HM saya, dan saya juga sadar SAYA BUKAN DI INDONESIA LAGI.

Perjalanan menuju rumah agak suram, sepi bak kota mati, di dalam mobil kami mengobrol untuk membuat "atmosfer" yang baik. Sampailah saya di rumah dan bertemu dengan HF yang utuh. Ronald, Clemens, Cara dan PRINCESS CELINA. Sambutan yang lumayan baik, makan siang bersama dan mendarat di "pulau kapuk" MELEPAS LELAH hampir 24 jam.

Seminggu pertama saya ditunjukkan bagaimana dan apa saja kerjaan saya. Lagi, saya ditunjukkan bahwa saya mendapatkan HF yang "unfair", pekerjaan ditambah-tambah dari apa yang sudah ditulis di email, dan kalau tanggal merah saya tidak libur, serta überstunde yang tidak dibayar. Tetapi saya masih bisa bertahan dengan itu semua, ternyata kalau dengar dari teman-teman yang lain, saya masih lebih beruntung, tetapi yang susahnya adalah PRINCESS termasuk katagori anak yang berkebutuhan khusus karena lahir prematur, dia akan menjadi "wild" kalau dia "kumat", di sini lah fungsi saya sebagai Au-pair, jadi tidak ada alasan untuk mengeluh, walau selalu mengeluh :)

Sayangnya semakin hari saya semakin menjadi orang asing di rumah ini, bukannya mereasa bagian dari keluarga, dua anaknya yang sudah besar tidak mau berinteraksi dengan saya, setiap pulang sekolah mereka langsung masuk kamar dan asik berinternet ria, jam-jam biasapun tidak pernah mereka mengajak saya bicara atau beraktivitas bersama-sama, belum lagi soal makanan, karena saya harus masak sendiri, dan kultur orang timurnya masih terbawa, saya jadi tidak "enakan" kalau masak dan makan sendiri, sedangkan orang lain hanya tercium wangi masakannya saja, tetapi keadaannya terbalik ketika mereka yang masak atau makan. Saya hanya diam dan nrimo saja, walaupun mereka juga butuh saya, tetapi saya tinggal dengan mereka, saya harus tetap menghormati mereka.

Ada kejadian dua minggu yang lalu yang membuat saya sedih. Saat saya datang ke sini memang saya tidak membawa laptop saya, karena dengan alasan berat dan saya ingin tidak terlalu sering menggunakan internet, sebulan sekali cukup, dan saya pikir saya bisa pinjam dari HF saya. TERNYATA TIDAK BISA. Sedih bercampur sakit hati masuk ke diri saya, sebegitu pelitnya kah mereka, padahal saya ingin tau keadaan negara saya yang sedang diberi cobaan dan musibah. Astagfiirullah. Semoga mereka masih punya hati. Saya tetap terus mencoba baik terhadap mereka, karena orang menilai saya sebagai orang muslim, tidak akan pernah saya mencoreng nama keselamatan "islam". BISMILLAH.
Akhirnya tanggal 3 November 2010 sampailah laptop saya yang dikirim ayaah saya dengan ongkos kirim Rp. 1,6 juta dan HM kaget tidak percaya, "JA DU MUSST DAS WISSEN, MEIN VATER WIRD FÜR MICH ALLES TUN". Mulai hari itu saya bisa menggunakan internet lagi, dan waktu free saya habiskan di depan laptop ini (saya mulai kerja jam 10-11 pagi dan 4 sore - 7 malam. Belum lagi kursus yang baru mulai Januari dan belum mendapatkan satu temanpun di kota Langenzersdorf ini.

Saya terus bertahan, masih ada 10 bulan lagi, karena kedatangan saya telat sebulan. Tidak mau pindah HF, semoga.

Sebelum tanggal 3 Oktober 2010





Assalamu'alaikum


Ketika saya pulang dari Jerman pada bulan tanggal 26 Agustus 2008, saya sudah berniat untuk kembali lagi ke benua eropa, di negara manapun saya akan tinggal, untuk terus memperkaya pengalaman, ilmu dan tentu saja memperkaya diri dengan menyambung tali silaturahmi. Dan sampailah pada keberangkatan saya ke Austria pada tanggal 3 Oktober 2010.

Dari tanggal 26 Agustus 2008 saya harus cepat-cepat menyelesaikan studi di program Sastra Jerman (Universitas Padjadjaran Unpad, berbagai perasaan dan kondisi saya lalui di Jatinangor sebagai mahasiswa tingkat akhir, yang tiga kali harus mengundur waktu kelulusan hanya karena waktu bimbingan yang sangat lambat, bukan dari pihak saya tapi dari pihak dosem pembimbing kedua, tiga kali pula saya meminta maaf kepada orang tua karena keterlambatan tersebut. Alhamdulillah saya akhirnya lulus pada bulan Juli bersama 12 teman lainnya dengan gelar "sarjana Sastra" (S.S).

Dua minggu sebelum sidang, ada host family (HF) di Austria yang ingin menerima saya sebagai Aupair mereka, alhasil konsentrasi ke sidang pecah, karena HF ini ingin semuanya cepat diurus sedangkan waktunya sangat mepet. Alhamdulillah sidang berjalan dengan lancar walaupun ada rintangan kecil, dan dengan rasa syukur kepada ALLAH saya memberi kabar kepada orang tua di kampung halaman (Lampung) bahwa saya telah lulus dengan nilai sidang "A", walaupun tidak dengan "cumlaude" hanya mendapatkan IPK akhir 3,41.

Setelah sidang selesai saya cepat-cepat kembali ke Lampung untuk mengurus data-data yang diperlukan untuk mengajukan visa. Benar-benar sangat kebut dan melelahkan, karena harus PP Bandung-Jakarta-Lampung-Bandung-Lampung-Jakarta, tetapi semua itu saya jalani dengan senang karena keluarga sangat mendukung, walaupun setelah lulus langsung pergi meninggalkan tanah air, ini yang bagi ibu saya sangat berat.

Setengah perjalanan sudah, tiba-tiba HF tertarik dengan pelamar Aupair yang lain, saat itu juga saya "down" dan merasa bahwa HF ini kurang baik. Tetapi saya bersabar dan akhirnya seminggu berlalu dan HF kembali menghubungi saya, dan "deal".

Dari awal saya ingin semuanya lancar, dan ingin mengurus semuanya sendiri, karena saya yakin kalau saya urus sendiri pasti ada pengalaman yang bisa saya dapat, tetapi sungguh disayangkan, lagi karena waktu mepet, DAN memang Indonesia masih dipenuhi dengan "orang-orang" yang tidak bertanggungjawan (mungkin termasuk saya), maka saya menyerah dan "bermain duit" dengan calo. Misalnya ketika saya menghubungi penerjemah bahasa Jerman tersumpah "Bpk.A", beliau bilang "maaf saya sedang liburan, minggu depan baru kembali, coba hubungi penerjemah yang lain". Setiap penerjemah saya hubungi tetapi tidak mendapatkan hasil. Akhirnya saya menggunakan "jasa" calo. Ketika semua sudah selesai ditangani dengan calo dalam waktu 4 hari (termasuk legalisir di kantor Hukum dan Ham, dan kantor Kementrian LN), saya merasa dibodohi, bahwa dokumen saya tetapi dilegalisir oleh "Bpk.A". KENAPA????? Akhirnya saya sadar, saya di tanah air yang sedang "KACAU".

Belum lagi urusan di Kedubes Austria yang membuat para pembuat visa bingung, karena tidak adanya kejelasan kapan visa keluar, sedangkan untuk membuat visa dibutuhkan bukti booking-an tiket pesawat, ini namanya administrasi yang "keblinger".

Setiap langkah terlewatkan, nampaklah "wajah" Indonesia yang didandani oleh warga negaranya, dan sebentar lagi saya akan meninggalkannya, jadi saya hanya bisa tersenyum miris.

sekian untuk blog kali ini.


P.S : "BANGKIT INDONESIA"!!!!

LANGKAH-LANGKAH PENGAJUAN VISA AUPAIR KE AUSTRIA

SILAHKAN SEARCH LINK INI

http://gadispuma.multiply.com/journal/item/11/langkah-langkah_pengajuan_visa_aupair_ke_austria

Senin, 30 Agustus 2010

Semakin tua

Aku baru diwisuda
selesailah dinas di Jatinangor tercinta
saat mengepak barang-barang di kamar kosan
senyumku sedih bercampur senang
lalu aku ingat, aku semakin tua

Langkah kaki disekitar kosan
lagi, membuatku tersenyum sedih bercampur senang
ingat lagi beberapa bulan yang tertinggal
disekitar kosan suaraku terkenal
suara memanggil para sahabat dan teman
atau sekedar bernyanyi kecil ditaman
aku sadar, aku semakin tua
mereka juga
semua sudah berpencar
aku? masih di sini tidak dengan ketenangan
sebenarnya tak mengijinkan benak bertanya
"mau kemana sekarang?"

Aku tak ingin kemana-mana
aku ingin di sini selalu bersama
Aku ingin semakin menua
tapi tua bersama mereka
kedekatan, keceriaan dan kebersamaan
semua kini jadi kenangan

Ohh aku semakin tua,
hati ini rasanya kosong tak bertuan
ruang yang dulu terisi kini ternganga
bertanya, bisakah semuanya terulang seperti semula?????

Rasanya aku berdua dengan pilu
seperti harus mengulang perkenalan dengan beberapa orang baru
yang akupun tak tau
baikkah mereka untukku
"mereka harus baik untukku" bersit lubukku
kalau tidak, aku menua dengan senyum palsu, semakin pilu

Ohh, kenangan masa muda
Buatlah senyum sedih bercampur senang ini tanpak diwajah tua
di hari tua
di kata-kata bijak orang yang tua
di hidup yang menua

Aku,
semakin tua






Wisma INKUD Sayang-Jatinangor, Senin 30 Agustus 2010



dedicated : orang-orang yang ku kenal sepanjang masa perkuliahan di Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor

Minggu, 29 Agustus 2010

HAROON NIAZI. DAMN IT !!!!!!!!
ICH HASSE MICH WEIL ICH DICH KENNE!!!!!
KOMM ZURÜCK, ICH WILL DASS WIR UNSER VERSPRECHEN ABSAGEN MÜSSEN!!!!!
DAS REICHT!!!!!!!!

Minggu, 18 Juli 2010

BROKEN HEART

people say : women's words are difficult to understand, but why i met a man like that???

Mau melamar? bilang saja terus terang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Urusan diterima apa tidak harus berbesar hati menerimanya, IT'S A MAN!!!!!!!!!!!!!!!

really i dont understand yet bout ur thinking. is not ur fault n also not mine.
JUST GOD knows.



but, lemme say "TODAY U BROKE MY HEART INTO PICES"

Rabu, 14 Juli 2010

syarat-syarat atau langkah-langkah pengajuan ijin tinggal dan visa Au-Pair ke Austria

Salam,

Bagi siapa saja yang butuh informasi tentang syarat-syarat atau langkah-langkah pengajuan ijin tinggal dan visa Au-Pair ke Austria atau Österreich, silahkan hubungi saya di Livanamemori@yahoo.com

LG
Livana