im ordinary

im ordinary

Kamis, 25 Februari 2010

ISHQ


suatu kali, keputusan tentang menerima cinta yang diberikan dari seseorang nun jauh di negeri yang tampaknya hanya antara islam dan hindu perbedaannya sangat mencolok, merayu lubuk hatiku...tetapi hati yang sedikit ingin lebih dewasa ini tidak mengizinkan untuk bilang "ya"atau "tidak", dia hanya berbisik lembut kepada si empunya "kita nilai saja dulu, apa pemberiannya tulus atau tidak, bagaimana?" si empunya setuju. maka entah sudah berapa bulan hari-hari dilewati dengan menunggu sapaannya. si empunya labil, tapi hati tetap menjadi penilai cinta yang setia. Dan, suatu malam, malam dimana lapar mengganggu obrolan aku dan si pemberi cinta, aku merasa jatuh dari cinta, bukaannn, bukan jatuh cinta, tapi, jatuh dari cinta, sakiiiiiiittttt :(

lho, mengapa sakit ini harus ditanggung oleh hati???? hati menjadi sangat gelisah, hati ingin menangis, hati merasa terdesak, hati akhirnya merasa pecah, tapi ooohhhh apa yang terjadi dengan si empunya??? mengapa hanya ada senyum??? mengapa tidak ada air mata??? jadi siapa yang menjadi lebih dewasa??? hati atau si empunya??? bagaimana dengan si pemberi cinta??? AAAAAAAAARRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

ternyata selama ini, selama si pemberi cinta dikenal dengan sebutan "chub", hati diam2 mulai merasa aneh, aneh terhadap penilaiannya sendiri, menilai bahwa memang seharusnya si empunya menerima cinta itu, ohhh hati, maaf aku tak tahu apa perasaanmu yang jujur...........
ok, aku berjanji rasa sakit ini pasti akan berlalu, seperti yang dulu-dulu, yang menjawab adalah waktu....

dan hari ini, hati tidak merasa terdesak lagi, dia sudah bebas lagi, ahh hati, kau membuatku khawatir saja....suatu hari nanti, kau akan kuamanatkan untuk menyimpan baik-baik cintaku yang halal, ISHQ

mari bahagia seperti ini hatiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
hati berbisik "sudahkah aku dewasa?:)"

Rabu, 17 Februari 2010

Selasa, 16 Februari 2010

sahabat pena : Brieffreundin (surat terakhir)

HALLO MAYA

ich bins Livana, deine Brieffreundin, ich hab dir ein Brief von Indonesia vor ca. 3 Jahren geschickt. erinnerst du mich noch???
ja, ich weiss, es war schon lange her, aber ich denke noch an dich, und hoffe etwas von dir zu hören.
weisst du, im Jahr 07-08 war ich in Dtl. aber schade hab ich nicht dein Adresse mitgenommen. wie ich dir im Brief erzählt habe, dass ich
ein Aupair-Mädchen machen würde. ich wollte gern dich sehen, meine Gastfamilie mochte auch mich zu dir fahren, weil ich in der Nähe von Hamburg blieb, also
in Lauenburg an der Elbe, aber ich war doof, hab nichts deine Adresse auswendig gewusst.
ich bin jetzt in Indonesia, ich bitte um die Hilfe meiner Freundin, um ein Brief dir zu schicken. sie ist jetzt in Dtl, und macht
auch Aupair. Ich kann nicht dir ein Brief von Indonesia schicken, er wäre so teuer sein, 5 mal teuer als von Dtl hehee.
Ich mach grade mein Bachelorarbeit, Maya. hoffentlich kann ich mein Studium an der Uni am Februar beschliessen. Dann hab ein Plan
nach Österreicht wieder ein Aupair zu werden. hoffentlich klappt alles, dann würde gern dir in Europa treffen.
so, was ist los bei dir nach 3 Jahren??? arbeitst du schon? wie gehts deine Familie, die Oma, der Opa, dein Vater, deine Mutter, deine Brüder,
deine Bestefreundin Annika, und der kleine Mäuschen, NIKLAS?????
liebe Grusse von mir an deine ganze Familie und Annika.
Maya, ich finde es ist besser wenn wir per Email Kontak haben. Ich hab auch ein Profil in Facebook und wer-kennt-wen, schau mal in kigamemori@yahoo.com.
aber meine Emailadresse ist Livanamemori@yahoo.com

Maya, hoffentlich kann ich noch Freundschaft mit dir haben.
ich freue mich sehr auf deine baldige Antwort

alles Liebe von Indonesia
Livana



(surat ini saya kirim kira-kira akhir bulan November melalui teman yang sudah berada di Jerman, yaitu Syanti, supaya lebih murah dan lebih cepat sampai, tetapi sampai sekaranya saya tidak mendapatkan kabar apa-apa darinya...ohh maya dimana kamu????)

Rabu, 10 Februari 2010

Menikah membuatku kaya



Aku baru kembali dari kampung halaman, kembali merantau, ini ada sedikit oleh2 dari kampung.

Dua orang sepupuku, satu bernama Prima (nama disamarkan) kakak sepupu dari pihak ayahku, yang kupanggil “kiyai” menikah dengan seorang wanita cantik berjilbab pada bulan oktober 2009, dan yang satu lagi bernama Dina (nama disamarkan) adik sepupu dari pihak ibuku, menikah dengan seorang laki-laki pendiam pada bulan desember 2010. Keduanya sangat akrab denganku, terutama kiyai Prima, dia sudah ku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Awalnya ketika kiyai mau menikah aku merasa sedih dan cemburu, karena selama proses itu dia “hilang”, seolah2 tidak butuh pendapatku lagi, seolah2 aku tidak berhak mengetahui siapa calonnya. Semenjak itu aku seperti tidak ikhlas kalau dia akan menikah, aku selalu menyebut hal ini “sayap kananku patah”. tiba2 saja aku dengar berita pernikahan itu sudah diputuskan bulan oktober 2009, aku tersenyum meringis, kenapa aku tidak mendengarnya langsung dari kiyai? Tidakkah dia menganggap ini hal yang penting yang harus aku dengar dari mulutnya langsung? Dua kali aku kecewa. Ketika waktunya tiba rasanya aku tidak mau pulang ke kampung halaman untuk menghadiri pernikahan itu. Tapi ibu terus berharap aku bisa pulang, akhirnya akupun pulang, dan membuang jauh2 rasa kecewa dan tidak ikhlas itu. Benar saja, karena aku tidak diprkenalkan dengan calonnya, ketika berhadapan aku merasa canggung, tidak tau harus menyebutnya apa, bahkan aku tidak tau namanya. Betapa hancur hati ini, aku tidak mengetahui apapun tentang bidadari yang akan mendampingi kiyaiku. Beberapa bulan sudah berlalu, ketika aku kembali lagi kekampung halaman dan bertemu lagi dengan istri kiyaiku, tidak sama sekali kami bicara seperti saudara, atau anggap saja aku juga adiknya, aku hanya menyalami tangannya, saat itu yang aku pikirkan bahan omongan apa yang tepat agar aku bisa berbincang2 dengannya. Masih memikirkan bahan omongan, aku memperhatikan hal yang perlahan-lahan membuat kekecewaanku pudar. Dia tidak meleps jilbabnya didalam rumah, pakaiannya sederhana dan sangat tertutup rapih, aku senang melihatnya. Dan lebih terkejut lagi dan membuat kekecewaanku akan pernikahan ini hilang adalah saat aku melihat kiyai menunaikan shalat, subhanallah…hal yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ku lihat. Dia menengadahkan tangannya setelah shalat, hatiku berdegub kencang saat itu. Alhamdulillah, aku yakin ALLAH mengirimkan bidadari yang tepat untuk kiyai, aku yakin istrinyalah yang membimbingnya. Ketika aku kembali lagi ke perantauan, sudah kuikhlaskan pernikahan itu, dan merasa berterima kasih dengan istri kiyaiku. Thanks sista.

Kasus yang sama juga dialami Dina, alhamdulillah, kini di dalam perutnya ada calon bayi yang akan menambah suasana ramai rumah Dina. Bertahun-tahun pula aku tidak melihat Dina mengambil wudhu lalu shalat. Hal ini begitu indah, pernikahan membuatnya harus meminta dan berdoa kepada ALLAH untuk meminta perlindungan dan kebahagiaan. Sore itu aku shalat disebelahnya, gerakan shalatnya perlahan tapi pasti, tidak terlihat seperti orang yang sudah bertahun-tahun tidak shalat.

Ya, aku mengikhlaskan pernikahan kalian, pernikahan yang membawa berkah, pernikahan yang membuat kalian kaya, terutama kaya iman. Semoga kebahagiaan dan kemurahan rezeki dari ALLAH SWT terlimpah atas rumah tangga kalian.

Dan aku berharap, semua saudara-saudaraku yang tidak menganggap shalat adalah kewajiban, bahwa shalat juga menenangkan hati kita, sehingga membuat kita saling menyayangi satu sama lain, suatu saat akan ikhlas mengambil wudhu lalu menunaikan shalat, hanya kepada ALLAH Azza wajala.

Amin ya Rabbal’alamin